Menurut
kepercayaan kalangan syiah Hari Asyura adalah hari untuk mengenang
terbunuhnya Hussain Bin Ali RA di Padang Karbala. Pada hari ini mereka
‘disyariatkan’ untuk keluar rumah berkumpul untuk meratapi kematian
Hussain, menyiksa diri, memukul-mukul dada dan kepala serta melaknat
para sahabat radhiyallahu anhum. Peristiwa ini mereka lakukan
setiap tahunnya serempak di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung,
Makassar, Pasuruan, Palembang, dll.
Melihat
fenomena ini, maka terbersit sebuah pertanyaan. Mengapa suatu aliran
yang jelas-jelas telah difatwakan sesat oleh lembaga representasi umat
Islam beraqidah Ahlussunnah wal Jamaah seperti Majelis Ulama Indonesia
(MUI) di Indonesia atau Lajnah Da’imah lilbuhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’
di Arab Saudi masih dapat beraktivitas secara bebas bahkan diliput oleh
media massa nasional baik cetak maupun elektronik?
Para dai
dan ulama Ahlussunnah harus menyadari bahwa kaum Syi’ah selama ini
telah berusaha mengaburkan batas-batas perbedaan antara Syi’ah dan
sunnah hanyalah sebatas perbedaan mazhab. Ini adalah kedustaan besar,
mereka mengadakan ini adalah taqiyah mereka. Suatu strategi agar dapat
diterima oleh khalayak umat islam di Indonesia. Jika sebelumnya pada
bulan April 2011 lalu mereka berusaha untuk membuat Forum MUHSIN
(Majelis Ukhuwah Sunnah-Syi’ah Indonesia) yang diprakarsai oleh Dewan
Mesjid Indonesia –yang sudah disusupi- dengan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul
Bait Indonesia) itu hanyalah manuver mereka untuk memberikan persepsi
seolah-olah sunnah dan Syi’ah di Indonesia bisa bersatu. Bagaimana
mungkin Sunnah dan Syi’ah bisa bersatu sedang Al-Qur’an kita dengan
Al-Qur’an mereka berbeda (Al-Qur’an Syi’ah: Mushaf Fatimah berjumlah
17.000 ayat).
Yang
harus kita garisbawahi dan kita sadari bersama, bahwa agama Syi’ah yang
muncul dari Republik Iran ini pada akhirnya bertujuan untuk “mengekspor
revolusi” –sebagaimana yang telah berhasil dilakukan Imam Khomeini di
Iran– ke negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam. Saat ini
pergolakan yang terjadi di Timur Tengah sudah ditunggangi milisi Syi’ah
(laskar Hizbullah) untuk dapat dijadikan momentum dan peluang untuk
berkuasa.
Di bawah
ini saya kutipkan dari sebuah buku berbahasa arab berjudul “Al-Masyru’
Al Irani Ash-Shafawi” tentang bagaimana strategi kaum Syi’ah dalam
proyek “REVOLUSI”nya, apa saja tahapan dan langkah-langkah untuk
mensukseskannya,. Sebagian langkah-langkahnya sudah diterapkan di
Indonesia, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Sekali lagi khususnya
para ulama dan para dai serta umumnya kita semua kaum muslimin yang
komitmen terhadap kesucian akidah umat ini harus mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk menyadarkan semua elemen secara keseluruhan baik
pemerintah maupun sipil bahwa kaum Syi’ah mempunyai ideologi yang
berbahaya bukan hanya bagi akidah umat namun bagi ketahanan bangsa.
Kutipan dari buku Al-Masyru’ Al-Irani Ash-Shafawi:
“Petinggi
Iran Dalam Menghadapi Wajah Dunia Baru.” Sebuah tema menarik yang
mengungkap Teks surat rahasia yang dikirimkan oleh dewan Syuro Revolusi
Peradaban Iran, kepada para gubenurnya di berbagai daerah di masa
kepemerintahan Al Khatemi.
Surat rahasia yang serius ini sampai ke tangan majalah Al Bayan
melalui kordinat ikatan Ahlussunnah yang berkantor di London, kemudian
dibedah dan dikomentari oleh DR Abdurrahim Al Balusyi. Berikut di antara
teks surat rahasia tersebut:
“Alhamdulillah
dengan karunia Allah telah berdiri kedaulatan Itsna Asyariyah di Iran
setelah melalui tahapan dan proses yang cukup panjang, begitu juga
berkat pengorbanan dan perjuangan rakyat pengikut imam (Syi’ah) yang
heroik, oleh karena itu berdasarkan nasihat para petinggi Syi’ah yang
mulia, kita sekarang mengemban misi berat dan serius, berupa “ekspor
revolusi”, harus kita akui bahwa Negara kita adalah Negara ideologis
–selain kita harus tetap menjaga keutuhan reformasi Iran dan selalu
memenuhi tuntutan rakyat- kita wajib menjadikan ekspor revolusi Iran
menjadi prioritas utama, namun karena faktor era dunia global sekarang,
dan hukum internasional, kita tidak mungkin secara spontanitas
mengekspor revolusi, bahkan hal itu bisa mengakibatkan resiko destruktif
yang serius….
Oleh
karena itu kami telah membuat program lima puluh tahun yang mencakup
lima tahapan, setiap tahapan memiliki target sepuluh tahun, agar kita
bisa merealisasikan misi ekspor revolusi ke Negara-negara tetangga. Hal
itu karena para pemimpin yang memiliki kultur sunni jauh lebih
berbahaya dari pada para pemimpin Negara timur dan barat, yang jelas
Ahlus Sunnah adalah musuh bebuyutan Ali dan para imam maksum lainnya,
dan jika kita mampu menguasai Negara-negara ini dapat dipastikan kita
telah menguasai separuh dunia, dan demi merealisasikan program lima
puluh tahun ini; pertama, kita harus memperbaiki hubungan dengan
Negara-negara tetangga, dengan perlu adanya sikap saling menghormati dan
mempererat hubungan serta kemitraan antara kita dan mereka…. Karena
misi kita hanya satu mengekspor (mentransfer) revolusi, sehingga dengan
itu kita bisa menjadi Negara adidaya dengan kekuatan yang
dipertimbangkan oleh Negara-negara lainnya, kemudian setelah itu kita
bentangkan sayap untuk menaklukkan Negara-negara kafir dengan kekuatan
yang lebih besar, sehingga dunia ini kita meriahkan dengan gempita
Syi’ah, hingga datanglah Al Mahdi yang ditunggu-tunggu…”
Sejak
kemenangan revolusi Syi’ah di Iran tahun 1979 M, Para tokoh dan
penasehat revolusi yang diwakili oleh pemimpinnya Al Khumaini secara
terbuka menyatakan, bahwa Syi’ah tidak akan berhenti pada batas Iran,
akan tetapi mereka berambisi memperluas revolusi tersebut di dua Negara;
Arab dan islam, terutama Irak, Teluk Arab dan Lebanon, kemudian mereka
meneriakkan slogan di depan umum berupa “ekspor revolusi”.
Pernyataan
terbuka disuarakan oleh Khomeni di depan publik pada acara perayaan
satu tahun memperingati kemenangan revolusi, tanggal 11/2/1980 M, ketika
dia mengungkapkan “Kita bertugas untuk menyebarkan revolusi ke seluruh
penjuru dunia”.
Demi
merealisasikan misi ini terbukti telah selesai pembentukan
organisasi-organisasi local dan interlokal yang telah melakukan banyak
pelanggaran dan tindak kekerasan di sebagian Negara Arab seperti Kuwait,
Saudi dan Lebanon.
Spirit yang memotivasi mereka untuk melakukan ekspor revolusi ini pada hakikatnya bersumber dari dua faktor :
1.
Faktor nasionalisme Iran (Persia) yang memiliki perseteruan historis
dengan Arab dan faktor ideology Syi’ah Imamiyah yang menganggap Ahlus
Sunnah musuh Syi’ah sebagai kaum kafir yang harus diperangi dan dibunuh,
atau mereka berubah keyakinan menjadi pengikut Syi’ah Imamiyah.
2.
Peristiwa perang yang terjadi antara Irak dan Iran dan berakhir dengan
kekalahan Iran kemudian wafatnya Khameni ……ternyata memberikan pelajaran
berharga bagi mereka untuk meninjau ulang strategi arus revolusi Iran,
dalam rangka mengatur kondisi politik internal, ekonomi dan social pasca
kekalahan tersebut.. dari satu sisi, dan juga dalam rangka menanggapi
konsekuensi-konsekuensi transformasi dunia internasional setelah
runtuhnya Uni Soviet dan munculnya Adidaya baru Amerika Serikat yang
mendominasi dunia dari sisi yang lain.
Oleh
karena itu mereka harus mengubah gaya dan taktik, dengan tetap menjaga
misi semula “Eksport revolusi” akan tetapi tidak lagi menggunakan cara
serta-merta melakukan gerakan perlawanan massal atau memprovokasi masa
untuk melakukan reaksi negative baik dalam kancah local, regional maupun
internasional…..
Begitulah
upaya mereka merealisasikan ekspor revolusi dengan membuat strategi
baru yang tergambar dalam program lima puluh tahun yang menjadi top secret mereka selama bertahun-tahun
Rahasia
ini kemudian bocor dan disebarluaskan oleh kantor ikatan Ahlus Sunnah
Iran cabang London. yang di antara point penting yang tercatat dalam
rahasia tersebut adalah :
Menjadikan
Ahlus Sunnah baik dalam maupun luar negeri Iran sebagai target rencana
yang kental dengan kepentingan nasionalisme Persi, budaya, social,
sejarah, politik, ekonomi dan agama.
Memuluskan
rencana dengan cara memperbaiki hubungan dengan Negara lain, dan
mengirim para agen ke Negara-negara target, serta merekrut agen-agen
baru dari anak-anak bangsa yang disusupi.
Meningkatkan
pengaruh Syi’ah di daerah Ahlus Sunnah, dengan cara membangun
Husainiyyat, Asosiasi-asosiasi amal, pusat-pusat kebudayaan, medical
center dan klinik kesehatan, dan mengubah struktur kependudukan dengan
mendorong para imigran Syi’ah menduduki daerah tersebut (Sunni) dan
mengeksodus para penduduk asli dari kampung halaman mereka.
Membagi rencana menjadi lima tahapan, setiap tahapan berdurasi sepuluh tahun :
Fase Pertama: Perintisan dan Perawatan Akar
Yaitu
dengan cara memberikan fasilitas dan lapangan kerja untuk kader-kader
Syi’ah yang ditugaskan ke Negara-negara target, kemudian membangun
hubungan kemitraan dengan para penyandang dana dan penanggung jawab di
Negara-negara tersebut, kemudian berusaha merongrong struktur
kependudukan dengan cara mencerai-beraikan pusat-pusat perkumpulan Ahlus
Sunnah kemudian mengadakan perkumpulan Syi’ah di tempat-tempat
strategis.
Fase Kedua: Penjajakan.
Bekerja
dengan cara tetap berkamuflase pada koridor hokum Negara yang berlaku
sekedar formalitas dan tidak berani melanggarnya, lalu berusaha masuk ke
fasilitas keamanan dan institusi pemerintah secara perlahan tapi pasti,
hingga berupaya mendapatkan surat kewarganegaraan untuk para imigran
Syi’ah… setelah itu berkonsentrasi memunculkan masalah (konflik) antara
Ulama Sunnah dengan pemerintah, dengan cara memprovokasi para ulama
Sunnah melakukan aksi-aksi yang dianggap bahaya oleh pemerintah,
menyebarluaskan selebaran-selebaran provokatif dengan nama ulama Ahlus
Sunnah, dan membuat tindakan-tindakan mencurigakan atas nama mereka
pula, serta mengobarkan kerusuhan… sedangkan di sisi lain mereka juga
gencar menghasut pemerintah untuk melawan ulama Ahlus Sunnah, agar
sampai pada target menciptakan ketegangan antara Ahlus Sunnah dengan
pemerintah, lalu pemerintah menekan Ahlus Sunnah dan timbulah rasa
saling tidak percaya dari masing-masing pihak.
Fase Ketiga: Start-Up
Merekatkan
hubungan antara Pemerintah dengan para imigran agen Syi’ah, memperdalam
penetrasi ke pusat-pusat pemerintah, mendorong untuk merelokasi
dana-dana Sunni ke Iran untuk mewujudkan mitra kerja, setelah mampu
menguasai mereka menekan ekonominya.
Fase Keempat: Masa Pembuahan
Ciri
khas fase ini adalah mengakses ruang-ruang pemerintah yang sensitif,
membeli banyak tanah dan properti, menyulut emosi rakyat Sunni terhadap
pemerintah karena semakin bertambahnya hegemoni kaum asing Syi’ah.
Fase Kelima: Fase Pematangan
Inilah
puncak dari semua kejadian yang sampai pada klimaksnya, maka terjadi
kekacauan besar dalam negeri, dan Negara kehilangan faktor-faktor
stabilitasnya (keamanan dan ekonomi), sehingga dengan kekacauan ini
mereka bisa masuk dan mengusulkan pembentukan dewan perwakilan rakyat
baru, yang bisa mereka setir, mereka mengajukan jasa sukarela untuk
membantu pemerintah dalam rangka menstabilkan kondisi dalam negeri,
dengan menguasai sendi-sendi penting kepemerintahan, hingga mereka bisa
merealisasikan target “Ekspor Revolusi Iran” dengan desain yang rapi….
Dan jika cara itu tidak tercapai mereka gunakan cara lain yang telah
terdesain sebelumnya yaitu memprovokasi rakyat untuk melakukan revolusi,
setelah itu mereka mencuri kekuasaan dari tangan pemerintah.
Kenyataannya
sekarang kita melihat rencana busuk Syi’ah lima puluh tahun ini telah
terlaksana secara rapi di beberapa Negara islam dan Arab, seperti Irak,
Kuwait, Bahrain, Yaman, Suriah, Lebanon, Jordania, Sudan, dan sebagian
Negara Arab di utara Afrika dan lainnya !.... mungkin kebusukan mereka
ini semakin terungkap setelah mereka melanggar sendiri roda rencana
jahat lima puluh tahun mereka di Irak, serta pengkhianatan mereka yang
membantu para aggressor Amerika (iblis besar) dan musuh-musuh Zionis
dalam melawan kaum muslimin dan Arab.
Mereka
jatuh ke dalam perangkap kebenciannya sendiri, yang mendorong untuk
melakukan kejahatan terburuk, paling kejam dan nista di Negara Irak,
yang memobilisasi opini negatif public, Arab dan dunia muslim terhadap
mereka, setelah terungkapnya niat, keyakinan dan latar belakang perilaku
buruk dan memalukan mereka terhadap bangsa muslim..
Sementara
di Suriah, mereka dapat melaksanakan rencana busuknya dengan detail dan
rapi, selain juga mendapatkan perlindungan penuh yang diberikan oleh
penguasa Asad, dalam menghadapi Suriyah dan rakyatnya… dan tidak masuk
akal kaum muslimin berpangku tangan membiarkan rakyat dan bumi mereka
jatuh satu persatu ke pelukan tersangka pemilik proyek Shafawi ini…
karena mereka juga harus memiliki proyek tandingan untuk menjaga rakyat,
umat dan negerinya dari kejahatan berbahaya yang datang dari negeri
Persia Iran yang bekerja sama dengan para penguasa Bassyar Asad yang
berkhianat pada negeri, bangsa dan umatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar