Kota
ini didirikan pada abad ke-7 SM. Pada tahun 330 M, kota itu dijadikan
sebagai ibu kota Romawi oleh Konstantin di tempat koloni Yunani kuno
bernama Bizantium, dan dinamakan Konstantinopel untuk sang kaisar. Kota
ini menjadi ibukota timur bagi Kekaisaran Romawi dan kemudian menjadi
ibukota Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 395 M. Pada tahun 1453 M,
Konstantinopel berhasil direbut oleh Kesultanan Utsmani di bawah
pimpinan Sultan Muhammad II.
Peristiwa
bersejarah ini merupakan salah satu bukti kebenaran nubuwat Rasulullah
saw. Sebab, beliau pernah bersabda bahwa Konstantinopel akan dikuasai
oleh umat Islam. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa
Abdullah bin Amru bin Ash ditanya, “Yang manakah di antara kedua kota
ini yang ditaklukkan terlebih dahulu? Konstantinopel ataukah Roma?” Maka
beliau memerintahkan seseorang untuk mengambil sebuah kotak yang ada
padanya. Lalu, kotak itu diberikan kepadanya. Dibukanya kotak itu dan
dikeluarkannya secarik kertas. Lantas beliau berkata, “Ketika kami
sedang menulis bersama Rasulullah saw, beliau ditanya: yang mana di
antara kedua kota ini yang ditaklukkan terlebih dahulu. Konstantinopel
ataukah Roma. Beliau menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu, yakni
Konstantinopel.”
Rasulullah
telah mengucapkan kata-kata itu sejak 850 tahun sebelum pembebasan
Konstantinopel terjadi. Dan Konstantinopel memang benar-benar
ditaklukkan. Rasulullah juga memberi kabar gembira bahwa pasukan yang
menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan, sedangkan panglimanya adalah
sebaik-baik panglima.
Menembus Eropa
Setiap
pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud
Rasulullah SAW dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan
tentaranya tentara yang terbaik yang mampu membebaskan Kontantinopel.
Sejak
Rasulullah SAW masih hidup, beliau sudah berupaya mengajak penguasa
Konstatinopel agar mau memeluk Islam. Selembar surat ajakan masuk Islam
dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius Raja Romawi.
Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda. Amma ba’du,
“Sesungguhnya
Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islam-lah, maka Anda
akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua pahala. Namun jika Anda
menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang Aritsiyyin.”
Dikabarkan
bahwa saat menerima surat, Kaisar Heraklius cukup menghormati dan
membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengaku bahwa
dirinya belum siap memeluk Islam.
Pada
masa pemerintahan Khalifah Umar ra, Khalid bin Walid dikirim sebagai
panglima perang menghadapi pasukan Romawi. Khalid memang mampu
membebaskan sebagian wilayah Romawi dan menguasai Damaskus serta
Palestina (Al-Quds). Tapi tetap saja ibukota Romawi Timur saat itu,
Konstantinopel, masih belum tersentuh.
Sultan
Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan Islam yang merebut Al-Quds kembali dari
tangan Romawi sekalipun, masih belum mampu membebaskan Konstantinopel.
Padahal beliau pernah mengalahkan serangan tentara gabungan dari Eropa
pimpinan Richard yang berjuluk The Lion Heart dalam perang Salib.
Dan
sejarah memperlihatkan, ternyata sosok yang disebut oleh Rasulullah
dalam hadits itu ialah Sultan Muhammad Al-Fatih. Tidak mudah memang
untuk membebaskan Konstantinopel. Kotanya cukup unik, karena berada di
dua benua, Asia dan Eropa. Di tengah kota ada selat Bosporus yang
membentang, ditambah benteng-benteng yang cukup merata.
Tetapi
Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah. Sejarah mencatat beliau
telah memerintahkan para pakar dan insinyurnya untuk membuat sebuah
sebuah meriam raksasa. Dengan peluru logam baja, suaranya mampu
menggentarkan nyali musuh. Meriam ini mampu menembak dari jarak jauh
serta meluluh-lantakkan benteng Bosporus. Ini adalah senjata tercanggih
kala itu.
Konstantinopel
berhasil ditaklukkan dengan kerja keras luar biasa. Konstantin sendiri
pun terbunuh dalam perang itu. Meski Konstantin adalah seorang Kristen,
tapi sikap satrianya di medan perang patut dicontoh. Ia terbunuh sebagai
perwira. Ia terbunuh saat bertempur di atas kudanya di jalan raya
Konstantinopel. Mampukah kepala negara di setiap negeri muslim hari ini
berbuat hal yang sama seperti Konstantin yang Nasrani itu?!
Sang Pembebas
Muhammad
Al-Fatih, dari sisi keshalihannya, disebutkan bahwa beliau tidak pernah
meninggalkan tahajud dan shalat rawatib sejak baligh hingga saat wafat.
Dan kedekatannya kepada Allah SWT ditularkan kepada tentaranya.
Itulah
barangkali kunci utama keberhasilan beliau dan tentaranya dalam
menaklukkan kota yang dijanjikan nabi SAW. Rupanya kekuatan beliau bukan
terletak pada kekuatan fisik semata. Tapi dari sisi hubungan kepada
Allah, nyata bahwa beliau dan tentaranya sangat menjaga kedekatan lewat
shalat fardhu, shalat malam (qiyamul lail) dan ibadah sunnah lainnya.
Karena
prestasinya menaklukkan Konstantinopel, Muhammad kemudian mendapat
gelar Al-Fatih, Sang Pembebas. Namun orang Barat menyebutkan The
Conqueror, Sang Penakluk. Ada kesan bila menggunakan kata “Sang
Penakluk” bahwa beliau seolah-olah penguasa yang keras dan kejam.
Padahal gelar yang sebenarnya dalam bahasa Arab adalah Al-Fatih. Artinya
‘pembuka’ atau ‘pembebas’. Kata ini terkesan santun dan beradab. Karena
pada hakikatnya, yang beliau lakukan bukan penaklukan atau penindasan,
melainkan pembebasan menuju kepada iman dan Islam.
Yang
lebih menarik, meski beliau punya kedudukan tertinggi dalam struktur
pemerintahan, namun karena keahlian beliau dalam ilmu strategi perang,
hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya beliau pimpin secara
langsung. Bahkan beliau tetap berangkat berjihad kendati sedang
menderita sakit.
Islambul
Dalam Fie Zhilali Surati at-Taubah
(Di Bawah Naungan Surat At-Taubah), Dr. Abdullah Yusuf Azzam menulis
bahwa setelah membebaskan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih mengubah
nama kota ini menjadi Islambul yang berarti Kota Islam.
Jadi,
sebetulnya bukan Istanbul seperti kita kenal sekarang. Penyebutan
Istanbul muncul dari orang Barat. Karena merasa berat dan risih
mendengar kata Islam, maka mereka menyebutnya sebagai Istanbul. Dalam
buku itu, Dr. Abdullah Azzam juga mengajak, “Kalau kita ingin
menghilangkan nama Konstantinopel, maka sebut kota ini sebagai Islambul,
bukan Istanbul.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar