Allah berfirman,”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” -QS. Al-Isra’:36-

Sabtu, 24 Desember 2011

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah; Metodologi Berfikirnya


tulisan ini memaparkan analisis tentang konsep metodologi cara berfikir (ijtihad). Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan tempat yang nyaman bergulat tentang konsep ini, karena tak lain dan tak bukan IMM hidup dalam tatanan masyarakat kaum intelektual.

 Kegemilangan peradaban islam bukankah karena serangan militer tetapi karena islam muncul sebagai kemenangan pemikiran yang menjadi ciri islam sebagai agama samawi bagi seluruh alam. sewaktu pertalian anatara 'aqal (Akal) dan naqal (Teks-teks agama) merupakan pertalian spontanitas & keserasian, ia melahirkan warisan ilmu pengetahuan yang unik dan orisinal.
     Ilmu pengetahuan adalah dasar tingkah laku dan sumber interaksi dengan kehidupan. Ilmu pengetahuan bisa ada karena adanya pandangan dan petunjuk-petunjuk akal. sekiranya diri manusia tidak menerima rahan/ ajakan dan tutntunan selain dari akal satu-satunya, maka ilmu pengetahuan tidak akan mempunyai problema dan orang tidak akan berbeda pendapat tentang itu. namun manusia menerima ajakan dari berbagai sumber dalam wujud ashobiyah (fanatik kelompok), dorongan hawa nafsu dan tuntunan-tuntunan berbagai kepentingan.

     Metodologi pemikiran islam mempunyai 2 sumber, yakni Wahyu dan Akal. Wahyu adalah sumber Illahi yang memenuhi kebutuhan manusia kepada pengetahuan tentang urusan & tujuan-tujuan alam ghoib dan hubungan manusia. wahyu sebagai kebutuhan manusia terhadap urusan dan tujuan-tujuan alam ghoib dan manusia adalah Firman Allah ( Al-Qur'an) dan As-Sunah. inti dari hal-hal yang di kemukakan wahyu untuk manusia adalah penjelasan tabiat hubungan manusia dengan Allah, tujuan wujud manusia di dunia, petunjuk pergerakan manusia dalam kehidupan dan nasib manusia setelah kehidupan.

      Akal adalah pengarah, pendorong dan alat manusia untuk memahami posisi dan tujuannya dalam kehidupan ini dan alat untuk mencari pengetahuan ghoib dan penerimaan terhadap risalah-risalah/ pesan-pesan wahyu. wahyu dan akal menjadi saling menyempurnakan untuk menentukan posisi manusia di kehidupan dunia nyata. tidak ada tempat dalam pandangan islam untuk pertentangan antara wahyu dan akal.

        ketika seorang mahasiswa berfikir untuk memahami islam tidak menggunakan metodologi ini, hanya bersumber akal saja, maka secara ilmiah dia akan tersesat jauh dari kebenaran. sama halnya, ketika seorang mahasiswa menjalani kehidupan ini tanpa metodologi islam-hanya dengan akal tanpa wahyu- maka akan jadilah kaum liberal, sekuler dan kapitalis seperti peradaban barat.

         Peradaban barat berdiri ketika penjajah barat memaksakan kekuasaanya terhadap dunia islam. penjajah barat menciptakan dualisme sistem pendidikan untuk betul-betul mengasingkan islam dari kehidupan. dalam setiap negri yang dijajah, penjajah membangun sistem pendidikan yang tidak beragama (Irrreligious). melalaui itu mereka memaksakan proses pem-Barat-tan AKAL muslim hingga menganut nilai-nilai barat dan mengelu-elukan metode-metode barat dalam semua segi kehidupan dan pengetahuan.

         Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang merupakan bagian dari Muhammadiyah memberikan solusi dari pemikiran barat. IMM menyikapi hal ini dengan konsep "ummatan wassathan" dengan kata lain "islam moderat". IMM bersama Muhammadiyah mempunyai keyakinan bahwa tidak ada pertentangan antara wahyu dan akal, artinya islam cocok di setiap zaman.
           Konsep islam moderat merujuk pada QS.Al-Baqoroh : 143. islam moderat berkenyakinan bahwa dalam berislam secara total (Kaffah) tidak bermusuhan dengan dinamika dunia. IMM bersifat penuh keseimbangan (Tawazun). menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu agama islam dengan di amalkan, itulah makna dari "ilmu amali, amal ilmi".




Penulis,
Eko Pamiyanto ul haq
(Sekum IMM Blora)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar