Allah berfirman,”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” -QS. Al-Isra’:36-

Sabtu, 24 Desember 2011

Bersatulah, Jangan Salah Pilih Teman!


"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan sahabat karib orang-orang selain golonganmu, mereka itu tidak mau menolong kamu selain dari kecelakaan, mereka itu senang kalau kamu susah (ditimpa krisis); sungguh telah nampak kebencian dari mulut-mulut mereka, sedang apa yang tersembunyi dalam hati mereka lebih besar. Sungguh kami telah menerangkan kepadamu ayat-ayat kami kalau kamu mau berfikir. Kamu ini adalah orang-orang yang kasih sayang kepada mereka, tetapi mereka tidak mau kasih sayang kepadamu." (QS. Ali Imran: 118-119)

Tidak ada kamusnya dalam sejarah, perjuangan untuk kemenangan suatu kaum dibantu oleh para musuh-musuhnya. Kemenangan tidak akan diperoleh, melainkan dengan jerihpayah dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Bukan hadiah dari musuh. Sebab kalaupun musuh memberikan bantuan dan pertolongan, itu bukan berarti mereka terlepas hati dari segala kepentingan dan maksud-maksud tertentu dibelakangnya. Mereka selalu menyembunyikan udang dibalik gundukan batu.

Untuk bisa keluar dari krisis kita tidak mungkin hanya mengandalkan IMF tanpa melibatkan potensi besar dalam negeri. Negeri ini masih sangat kaya, hanya saja kekayaan itu diselewengkan dan diakui milik sekelompok orang.

Potensi rakyat dan kondisi kekayaan alam negeri kita masih terlalu besar yang belum termanfaatkan dengan baik. Jadi bukan kekayaan dan kemampuan yang tidak ada, tapi percaya diri. Kita ibarat orang hebat yang linglung mau mengerjakan apa.

Kita lebih percaya kepada dukun daripada mengerahkan segala kemampuan. Kita sering mengeluhkan tentang minimnya kemampuan SDM yang kita miliki. Ratapan diperpanjang seolah kita, orang Indonesia, manusia dengan tingkatan kelas kesekian. Sebagai negera berpenduduk muslim dengan jumlah terbesar di dunia, statemen seperti ini sebaiknya segera digulung, dan disingkirkan dari arena percaturan komunikasi yang hanya melemahkan mental generasi muda muslim. Tanpa menutup kelemahan dan keterbatasan, kita harus membangun mental 'mampu'berbuat, mampu bertindak dan mampu berkarya diatas kaki sendiri. Jadi yang kita perlu bangun adalah moral dan mental yang tangguh. Bukan terus menerus meratapi keterbatasan kemampuan itu.

Kita semua kecele, ternyata di sisi moral bangsa kita jauh lebih ambruk. Sumber Daya Moral (SDM) terpuruk jauh dibawah bangsa-bangsa yang selama ini kita kecam sebagai bangsa yang tidak bermoral. Kolusi, korupsi dan nepotisme sudah sangat akut. Di atas catatan, kita membungkus anak-anak bangsa dengan ajaran-ajaran moral, tapi pada kenyataannya generasi yang dilahirkan adalah ulat-ulat dan binatang nifaq(baca:benih-benih kemunafikan). Adakah penyakit yang lebih membahayakan bagi kepentingan banyak orang dengan tingkat bahaya yang lebih besar dari generasi-generasi munafik ini?

Akibat rendahnya moral dan mentalitas ini, kita mudah dikerjai oleh orang lain. Kita mampu, tapi tidak bisa berdiri dengan tegak. Mental mengandalkan kemampuan orang lain adalah mental budak yang dapat mengakibatkan malapetaka tambahan yang lebih besar.

Berpegang Teguh

Bila kaum muslimin ingin kembali mulia, hidup terhormat, disegani baik oleh kawan maupun lawan, maka tidak ada pilihan lain selain harus secara jujur, tulus dan ikhlah memilih undang-undang Allah sebagai undang undang pilihan. Undang-undang itulah yang mestinya menjadi alternatif untuk menghadapi seluruh segi dan persoalan yang muncul di panggung kehidupan ini.Dengan undang-undang itu kita tidak menjadi galau ketika ditimpa malapetaka.Pribadi kita sebagai suatu bangsa jelas dan kuat.

Malapetaka yang sedang menimpa kita ini adalah jeweran Allah swt terhadap kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan tempo hari. Kita bilang negara Indonesia negara makmur, pada kenyataannya tidak sedikit anak-anak negeri yang sedang meregang nyawa menahan lapar, rakyat yang terjepit, dan pungli (pungutan liar) yang menjerat. Berbagai keperluan dari beras, bahan dasar cat, seng hingga jarum masih impor. Sementara sebagai anak bangsa kita harus bangga ketika dihadapan mata disajikan sebuah pesawat kebanggaan milik anak bangsa mengudara! Kita harus tersenyum sekalipun perut sedang dalam keadaan lapar!

Jadi, wahai kaum muslimin, dimanapun anda berada dan apapun jabatan dan posisi anda sekarang. Janganlah ulangi kembali kesalahan yang telah lalu. Bila jelas-jelas rakyat menderita itu telah anda saksikan di depan mata, bahkan ada diantara mereka yang telah meregang nyawa, menanti lonceng kematian, janganlah karena kedekatan anda dengan kekuasaan/penguasa membuat mata menjadi buta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar